Feeds:
Pos
Komentar

Hacker ATM (1)

Sanny Cicilia, dari Reuters pada 10 Mei 2013 melaporkan, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) pada Kamis (9/5) waktu setempat telah menangkap tujuh orang yang menjadi anggota jaringan pencurian ATM dunia. Mereka menjarah uang sebesar US$ 40 juta hanya dalam hitungan jam.

Kelompok Hacker itu telah berhasil membobol total 45 Juta Dollar melalui ATM di 27 Negara. Modus bekerjanya adalah lewat pengambilan uang tunai di ATM dengan menyabot sistem komputer dan pencucian uang. Mereka telah mengganti senjata dan topeng dengan menggunakan komputer dan internet. Pencurian besar-besaran itu hanya berlangsung dalam waktu sesaat saja.

Pola bekerja mereka adalah membobol sistem komputer berbagai perusahaan multinasional dan kemudian berkeliling mencuri jutaan dollar dari ratusan mesin ATM hanya dalam hitungan jam.  Aksi pertama dilakukan pada 22 Desember 2012 dengan mengambil 5 juta dollar dari 20 negara. Lalu pada 19 Februari 2013 mereka kembali menarik uang tunai 40 juta dollar dari 24 negara.

Jaksa penuntut umum AS Distrik Timur New York, Loretta Lynch, mengatakan aksi ini merupakan pencurian abad 21. “Memindahkan data lewat internet, organisast ini bekerja dari sistem komputer iternasional hingga ke jalanan,” kata dia. Teknik komplotan ini terbilang canggih,  6 Fase dalam kejahatan spektakuler ini :

Fase pertama, menggunakan Malware, para hacker masuk ke dua prosesor kartu kredit di India dan Amerika Serikat (AS), jaringan prosesor kartu dunia;  

Fase kedua, para penjahat ini menyingkirkan protokol keamanan dan memburu sistem kartu debit prabayar, lalu mereka menjebol limit (batas maksimal pengambilan rekening dalam sekali transaksi) kartu debit Master-Card dua bank di Timur Tengah: Rakbank di Uni Emirat Arab dan Bank of Muscat di Oman. “Butuh waktu bulanan untuk masuk ke sistem ini,” kata Lynch. Memang perlu waktu berbulan-bulan untuk masuk ke dalam sistem itu, tetapi nyatanya mereka mampu.

Fase ketiga adalah mereka membuat kode akses baru. Data dimasukkan ke dalam kartu plastik yang menggunakan strip magnetik biasa seperti kartu kunci hotel atau kartu kredit yang telah habis masa berlakunya, sejauh bisa dipakai untuk dimasukkan data rekening dan kode akses yang benar.

Fase keempat, mereka membagi kartu palsu kepada Casher alias kaki tangan para anggota sel yang menjadi penarik dana di seluruh clunia. Cara ini memungkinkan Casher menarik dana dalam waktu cepat  beraksi di seluruh dunia dengan membuat penarikan tunai berulang kali di mesin ATM. Di New York saja, dalarn 10 jam mereka melakukan 2 904 penarikan uang senilai total US$ 2,4 juta  dari 140 mesin ATM yang berbeda. Berbagai Casher lain yang tersebar di seluruh dania juga memiliki kesibukan serupa.

Fase kelima, para Hacker (Peretas) lain bertugas menghalangi bank untuk memantau uang tunai yang keluar, sehingga penarikan terus berlangsung dengan lancar sampai pelanggaran itu ditemukan dan sistem dimatikan.

Fase keenam adalah mencuci uang dan membagi-bagi hasilnya diantara mereka.

Seperti dikutip Washington Post, Lynch mengatakan, tidak ada individu yang kehilangan uang. Para pencuri ini mengambil dana milik bank yang merupakan dana cadangan kartu. Indonesia menjadi salah satu tujuan Hacker ini mencan dana. Di Asia: Thailand, Malaysia dan Jepang menjadi destinasi komplotan ini. Selain itu, mereka juga menarik dana dari Inggris, Jerman, Rusia, Rumania, Belanda , Ukrai-na, Latvia, Mesir, hingga Spanyol.

Diperkirakan, kawanan yang tertangkap di New York ini hanya sebagian kecil dari organisasi yang diduga berisi komplotan ratusan orang, Para pemimpin kelompok lainnya diyakini masih berkeliaran diluar AS, termasuk di Indonesia yang menjadi salah satu tujuan mereka.

Bersambung…

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  27 Mei 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber : 
http://www.cvvnumber.com/
http://www.memobee.com/akhirnya-terungkap-pembobolan-bank-dengan-modus-canggih-9050-eij.html
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/19/087467917/Data-Kartu-Kredit-Ini-Dicuri-untuk-Belanja-di-AS
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/087469205/Visa-Investigasi-Pencurian-Data-Kartu-Kredit

Setelah beberapa waktu tersiar kabar sejak 2012 bahwa BBM (BlackBerry Messenger) akan bisa dijalankan di platform Android dan IOS, akhirnya terbukti dalam pernyataan CEO BlackBerry Thorsten Heins dalam BlackBerry Live 2013 di Orlando, AS, pada Selasa (14/5/2013).

Aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) selama ini menjadi salah satu fitur eksklusif yang hanya tersedia di smartphone BlackBerry seolah ”dihapus” ketika BlackBerry merilis aplikasi BBM untuk iOS dan Android pada pertengahan tahun 2013 mendatang melalui toko aplikasi tiap-tiap platform.

Langkah yang mengejutkan dari BlackBerry seolah mencerminkan harapan BlackBerry bisa memperluas basis pengguna BBM untuk perangkat iPhone (iOS 6 ke atas) dan Android (Ice Cream Sandwich keatas).

Diawal, aplikasi BBM pada Android dan iOS memang hanya akan memliki fitur standar seperti pengiriman pesan dan Group. Namun, Heins berjanji fitur yang lebih lanjut juga akan hadir, termasuk BBM Video, Voice, dan Screen Share.

Walau pun langkah ini menjadi tonggak bersejarah yang kelihatan menjanjikan bagi perkembangan BlackBerry di tengah-tengah meningkatnya popularitas aplikasi pesan instan lintas platform, namun menurut analisa banyak ahli keputusan tersebut juga berpotensi menjadi bumerang bagi penjualan handset BlackBerry.

Para pengguna chatting melalui BBM nantinya bisa beralih dengan bebas ke iPhone ataupun ponsel Android karena tak lagi terikat dengan eksklusivitas perangkat BlackBerry.

Saat ini, popularitas handset BlackBerry di Indonesia dari berbagai kalangan. Mereka pada umumnya membawa Smartphone BlackBerry bersama smartphone iPhone atau Android, karena pemiliknya tidak bisa lepas dari kontak BBM yang sudah terlanjur banyak serta hanya bisa diakses dari perangkat BlackBerry. Dengan membuat Open Platform ini, maka nantinya para pengguna BBM akan dengan mudah meninggalkan Smartphone BlackBerry dan hanya memakai perangkat smartphone tunggal seperti iPhone atau Android.

Keputusan BlackBerry terkesan akan menjadi Bumerang untuk penjualan perangkat BlackBerry. Para petinggi BlackBerry  tampaknya sadar, bahwa turunnya jumlah pengguna BBM jauh lebih berbahaya daripada mempertahankan penjualan perangkat ponsel BlackBerry.

Membuka BBM menjadi lintas platform iPhone dan Android tampaknya sudah menjadi keharusan ketika persaingan dengan  aplikasi pesan instan lain, seperti: WhatsApp, Line, Kakao Talk, ataupun WeChat yang lebih dulu meraih pengguna di kedua platform tersebut. Whatsapp, misalnya, sudah memiliki 200 juta pengguna secara global.

Sekedar diketahui, walau pun BlackBerry mengklaim masih memiliki  60 juta pelanggan actif dan mengirimkan 10 Miliar pesan sehari, tetapi menurunnya basis pelanggan BlackBerry secara terus-menerus tampaknya menjadi pemicu BlackBerry melepas BBM ke Android dan iOS dan mencegah pengguna BBM “beralih ke lain hati”. BlackBerry tampak tidak ingin terlambat dan memanfaatkan basis pengguna BBM selagi masih ada waktu. Terbukanya BBM di iOS dan Android membuat para pengguna mulai bertanya, apa alasan untuk tetap menggunakan ponsel BlackBerry ?

Sementara bagi yang berminat mengganti perangkat BlackBerry dan menghentikan layanan BBM, sebaiknya menunda sejenak hingga Juli mendatang. Saat itu kita tak perlu kehilangan basis data BBM sebelumnya walau nanti berganti smartphone iPhone atau Android …..***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  20 Mei 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

 Sumber :  

http://www.computerweekly.com/news/2240184186/BlackBerry-Live-2013-Can-BBM-threaten-OTT-services

http://www.theverge.com/2013/5/14/4329534/live-blog-blackberry-live-2013-keynote-9am-et-2pm-bst

Catatan: Di acara yang sama, BlackBerry juga mengenalkan fitur baru BBM Channel (versi Beta) dengan fitur memungkinkan terbentuknya komunitas berbasis BBM. Nantinya BBM Channel akan dimanfaatkan brand atau selebriti.

NOTEBOOK MURAH ?

Jargon tentang PC untuk Rakyat, Notebook untuk Semua tampaknya dalam beberapa waktu terakhir telah menghilang sejalan dengan semakin meredupnya pamor PC dan Notebook dan munculnya bebagai produk MID(Mobile Internet Device). Lucunya, masyarakat kini justru lebih mengenal istilah Laptop (lagi) daripada Notebook berkat istilah yang dilontarkan pelawak Tukul Arwana dalam acara disebuah TV swasta.

Direktur Utama PT Telkom, Arief Yahya, saat meresmikan perjanjian kerjasama Intel-Telkom di Hotel Mulia, Rabu (8/5/2013)  melontarkan kelakar yang tampaknya cukup serius untuk menanggapi kondisi penjualan PC dan Notebook yang terus merosot belakangan ini, “Intel kalau mau laku, jangan jual (Notebook) di harga Rp 5 juta, tapi Rp 100 ribu. Ini baru terjangkau.” 

Arief melanjutkan; ”Kami sudah melakukannya pada Speedy, yang tadinya pengguna harus bayar Rp 200 ribu per bulan, kini bisa bayar Rp 5 ribu sehari.” Menurut Arief, Cara itu bisa dilakukan oleh Intel terhadap produk-produknya;  Pembayaran bisa dicicil melalui kartu kredit atau cara pembayaran lain.

Secara teori mudah dikatakan, tetapi dalam praktek akan sulit dilaksanakan karena hal tersebut berkait dengan banyak pihak lain seperti : Perbankan atau Lembaga keuangan lainnya. Program Cicilan 0% yang selama ini dilaksanakan berbagai Bank penerbit Kartu Kredit juga tidak mudah dilaksanakan karena keterbatasan jumlah pemilik Kartu Kredit. Disisi lain, pemilik Kartu Kredit yang bagus dalam reputasi pembayaran justru jarang yang mau melakukan pembelian cicilan dengan berbagai alasan.

Sementara jika dikaitkan dengan sektor jasa seperti Speedy dari PT Telkom, akan sulit karena nilai barang yang dilakukan cicilan jauh lebih besar daripada nilai jasa. Seentara kendala yang dihadapi  jika dilakukan cicilan perangkat keras adalah soal jaminan hutang (Collateral) yang tidak ada atau tidak memadai, apalagi PC Desktop atau Notebook tidak bisa dipakai sebagai agunan.

Pada lembaga keuangan non perbankan, problem yang dihadapi adalah besaran suku bunga yang berbeda hampir dua kali lipat dibandingkan Bank. Problem lain adalah pada lembaga keuangan non perbankan tidak ada yang mampu melayani luasan wilayah secara menyeluruh.

Namun jika mau menelusuri keterpurukan penjualan PC Notebook dan Desktop saat ini sebenarnya bukan hanya soal keuangan, tetapi lebih ke arah kebutuhan dan kegunaan alat. Seperti diketahui, banyak perangkat tablet saat ini digunakan lebih ke fungsi telekomunikasi, hiburan dan media sosial. Dengan demikian, perangkat tablet sederhana sekallipun sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan tersebut.

Masyarakat lebih banyak yang memakai perangkat Tablet lebih untuk sekedar membaca, bermain, media sosial, musik/video, dan semua sisi hiburan. Perangkat tablet ex China maka masih mencukupi dan mereka tak banyak mempedulikan layanan purna jual.  Untuk dukungan purna jual maka tidak banyak dipedulikan lagi sepanjang tablet sudah bisa dipakai untuk Internet, mereka selanjutnya melakukan installasi tabahan sendiri melalui Android Market untuk produk-produk ex. China yang memakai O/S Android.

Harga, kalau pun mau berpengaruh ada benarnya pendapat dari Arief Yahya, bahwa masyarakat terpengaruh “harga psikologis”, yaitu tablet dengan harga dibawah satu juta rupiah, membuat konsumen seolah tak berpikir ulang dengan pembelanjaan senilai itu. Ini persis kejadian saat Handpone dari China menembus harga psikologis dibawah lima ratus ribu, orang rela antri berjam-jam untuk mendapatkannya.

Namun setelah sekian lama dan para pengguna mulai merasakan kerugian akibat purna jual dan kualitas seadanya; membuat lelah mereka ketika mengurus penukaran produk yang cacat atau rusak berulang. Maka diperkirakan butuh waktu 6-12 bulan mendatang para pengguna tablet baru akan sadar resiko membeli produk tablet asal jadi, dan berhentinya masa euforia bertablet ria sebagai gaya hidup…….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 13 Mei 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber :  

http://inet.detik.com/read/2013/05/08/135125/2241075/317/kalau-mau-laku-laptop-dijual-rp-100-ribu-saja

http://www.researchandmarkets.com/reports/2356142/indonesia_consumer_electronics_report_q1_2013

http://www.csmonitor.com/Innovation/2013/0412/PC-shipments-slump-Windows-8-may-be-to-blame

WACOM

Barangkali tidak banyak yang tahu tentang WACOM, yang jika dikenalkan sebagai tablet orang hanya berpikir sebagai tablet komputer pada umumnya. Padahal produk ini lebih sebagai perangkat input menggunakan Pen atau pun Sentuh (dengan jari). WACOM memang lebih dikenal di kalangan para artis ilustrator, kartunis dan grafis. WACOM didirikan pada 12 Juli 1983 di Jepang, berpusat di Toyonodai Otonemachi, Kazo-shi, Saitama, Japan. Untuk Amerika, Markas besar terletak di Vancouver, Washington, dan untuk EMEA (Eropa, Timur Tengah dan Afrika) di Krefeld, Jerman.

Arti kata Wacom sendiri adalah “Wa” sebagai harmoni atau lingkaran, dan “Komu” untuk komputer. WACOM sebagai perangkat input sangat penting untuk mereka yang menggunakan stylus tanpa kabel, tanpa baterai dan Pena dengan tekanan sensitif yang sudah dipatenkan sebagai Pena Digital oleh WACOM. Selama ini teknologi WACOM sudah digunakan berbagai perusahaan terkemuka sebagai teknologi input grafis untuk beberapa komputer tablet, yang disebut ‘Penabled Technology’.

Begitu dominan WACOM diseluruh dunia pengguna Pena dan perangkat lunaknya, tercermin dalam pangsa pasar WACOM diseluruh dunia : pada akhir 2010, 85% pangsa pasar dunia adalah menggunakan WACOM sementara Di Jepang pada 2009 bahkan mencapai 93,8%. Berbagai produk dan teknologi WACOM digunakan berbagai smartphone dan tablet terkemuka di dunia.

Untuk perangkat WACOM sendiri tebagi dalam tiga kelas produk ; Bamboo sebagai yang paling sederhana, Intuos, Cintiq dan perangkat mobile yang disebut Inkling.

Pada Bamboo tablet, fitur unggulan WACOM adalah pena tanpa menggunakan baterai, karena pena di Wacom didukung oleh EMR (Electro Magnetic Resonance) technology seperti juga pada Intuos, juga beberapa model dapat menggunakan jari tangan (mengingatkan seperti “Cubit” dan “Dorong” pada produk Apple

Sementara di Intuos yang diperuntukkan para seniman grafis proffesional memiliki spesifikasi yang lebih tinggi serta memiliki tingkatan sensitif hingga 60 serta 2048 tingkat tekanan dengan dukungan teknologi EMR pada pen WACOM. Pada  Intuos5  memiliki resolusi 5080 garis per inchi. Sepeti juga pada Bamboo, untuk Intuos memiliki ukuran: Small (157.5 mm × 98.4 mm), Medium (223.5 mm × 139.7 mm), Large (325.1 mm × 203.2 mm) dan setiap model sama seperti Bamboo seri terbaru mampu dipasang Wireless Accessory Kit. Untuk Ukuran yang lebih besar masih menggunakan Intuos4 Extra Large (XL: 462 mm × 304.8 mm)

Cintiq adalah hybrid : sebagai tablet sekaligus layar, para pengguna menggunakan Cintiq untuk menggambar sekaligus diatas permukaan layar display langsung. Dikenalkan pada November 2007 Cintiq memiliki beberapa varian. 12 Inch, 21 Inch hingga 24 Inch.

Pada 21UX (21”, 1600×1200, 1024 Tingkat tekanan) bersama 12WX (12”) dan 20WSX (20”) diawal 2007 menggunakan Teknologi yang sama dengan  pena Intuos3 (1024 Tingkat tekanan), namun saat Intuos 4 dikenalkan, semuanya berubah menggunakan pena dengan  resolusi 2048 tingkat tekanan pada 2010.

Pada 13 September 2011, WACOM mengenalkan Cintiq terbaru dan terbesar;  24HD (DTK-2400). Dengan layar 24-inch (1920×1200) memiliki dudukan yang bisa diubah-ubah posisi dari berdiri, rata hingga menggantung dimeja untuk memudahkan para penggunanya.

Seri Cintiq yang terbaru yang dikenalkan pada Maret 2013 ini adalah Cintiq 13-inch HD pen display dengan dudukan yang bisa diubah-ubah seperti pada seri 24 Inch HD serta memiliki Pro Pen.

Produk-produk lain yang ada : Inkling, dimana semua pengguna bisa melakukan sketsa dengan detail dijalanan pada kertas sembarang, tetapi semua tekstur, layer dan sapuan pena dapat direkam dengan baik untuk ditransfer di komputer secara utuh. Inkling praktis digunakan mereka-mereka yang tak mau repot belajar lagi penggunaan alat-alat digital. Lalu WACOM juga memiliki berbagai Digital Pen, Stylus, Software (Bamboo Paper untuk iPad, Mac atau PC) serta asesoris lainnya ……***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  6 Mei 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber :  

http://cintiq13hd.wacom.com/en

http://www.engadget.com/2013/03/19/wacom-announces-the-cintiq-13hd/

http://www.engadget.com/2013/03/19/wacom-announces-the-cintiq-13hd/

Woodman (37) Milliarder eksentrik terkaya nomor 359 di Amerika dan nomor 1107 di dunia dengan kekayaan US $ 1.3 Milliar berkat perusahaannya, GoPro, telah membuat dunia bergairah lewat karyanya : Camcoder anti getar dan tahan air yang digunakan banyak pecinta olah raga ekstrem dan peliput berita dengan kondisi lokasi yang sulit sekalipun.

Dari Penggemar fanatik Selancar air menjadi wirausahawan sukses  membuat cerita sukses Woodman bagaikan dongeng saja. Penemu dan CEO perusahaan Camcorder GoPro ini hanya dalam waktu kurang dari sepuluh tahun saja membuat Woodman menjadi contoh motivasi  untuk sukses dari banyak kaum muda. Kegagalan usaha awalnya tak membuat dia berhenti untuk berkarya, hingga sukses dengan GoPro.  Woodman memberikan lima tips dalam karier berwirausahanya  :

Mengikuti keinginan hati: Woodman seperti umumnya kaum muda Amerika, tumbuh di Silicon Valley, California, semasa SLTA dia berani untuk meninggalkan semua kegemaran olar raga dan fokus pada olah raga Selancar Air. Setelah tamat SLTA dia masuk ke Universitas California, San Diego, supaya dekat dengan pantai untuk meneruskan kegemarannya Selancar Air. Hobby itu pulalah yang membawanya untuk melanglang ke Australia hingga Indonesia untuk menikmati olah raga Selancar Air.

“Dengan mengikuti suara hati, saya merasa seperti dalam dunia di mana kita semua menemukan tempat dan tujuan hidup dengan gairah hidup sebagai salah satu panduan yang paling jelas untuk karir” ujar Woodman

GoPro dimulai dari sebuah ide untuk tali pergelangan tangan guna menambatkan kamera yang sudah ada untuk para peselancar. Tali Itu memungkinkan Woodman untuk mengambil foto-foto dirinya dan teman-temannya saat berselancar. Dia kemudian menguji idenya dengan perjalanan surfing selama lima bulan ke Australia dan Indonesia, sebelum memutuskan untuk membuat sebuah kamera, casing dan tali untuk dijual ke konsumen. Kecintaan terhadap olah raga selancar itulah yang membawa Woodman menemukan GOPRO.

Takut Gagal: Sebelum memulai GoPro, Woodman pernah merintis dua macam usaha, Yang pertama adalah  sebuah situs web yang disebut EmpowerAll.com, menjual barang-barang elektronik dengan profit tidak lebih dari US $2, Namun usaha ini dengan cepat gagal. Pengalaman kedua Woodman dan memiliki dampak terbesar pada karir masa depan Woodman adalah Funbug (1999), platform game dan pemasaran yang memberikan pengguna kesempatan untuk memenangkan hadiah uang tunai. Woodman memperoleh suntikan modal US $ 3.900.000 saat bisnis Dot-com mengalami masa keemasan. Namun lagi-lagi hanya bertahan setahun dan gagal.

Woodman begitu takut bahwa GoPro akan gagal seperti Funbug, maka dia berusaha sekuat tenaga dan menghabiskan 20 jam setiap hari untuk membuat prototipe pertama September 2004. Ketakutan untuk kembali gagal membuat Woodman berkomitmen untuk sukses.

Berobsesi pada produk : Woodman menghabiskan 20 Jam sehari, tujuh hari seminggu dengan dedikasi yang ekstrim, menjahit sendiri pegangan tangan dan bor serta potongan-potongan plastik mentah untuk mengembangkan model yang ia inginkan. Woodman, mencari perangkat yang bisa dia peroleh lisensi dan memodifikasinya dengan kamera film seharga US $ 3.05 dari produsen tak terkenal dari China, Hotax. 

Setelah banyak waktu digunakan untuk mengubah berbagai produk awal, akhirnya GoPro memang terwujud. Namun Woodman menolak ketika tahu bahwa pabrik pembuatnya telah mengganti sebagian komponen pesanannya dengan komponen yang lebih murah. Dia sangat marah dan menghendaki produk sesuai rancangan awal. Maka sampai sekarang Go Pro memiliki tenaga ahli hingga 130 orang untuk selalu mempertahankan kualitas produk serta antisipasi terhadap perkembangan teknologi.

Belajar Menjual : Woodman adalah penjual sejati, semua visi produk dan motivasi untuk mengejar dan melakukan kesepakatan penjualan. Dari anak yang menjual limun dijalan dan remaja yang menjual Tshirt Sepakbola hingga mengimpor kerajinan sabuk  dari Bali, Indonesia untuk mengumpulkan modal awal GoPro. “Saya dapat menjuaI apa saja yang saya percaya produknya, tetapi saya sangat buruk dalam menjual jika saya tidak meyakini produk tersebut” kata Woodman.

Berkembang atau Mati : Hanya dalam waktu 10 tahun GoPro berkembang dari kamera 35mm ke Kamera dengan kualitas HD serta Kamera Video Digital Panorama. Ada tujuh versi perubahan GoPro selama waktu itu yang selalu memperbaiki dari versi sebelumnya. Ketika memproduksi awal, Woodman sudah bercitacita menggunakan Teknologi Digital. Pada 2006 GoPro mampu merekam 10 detik, lalu di 2007 mampu merekam tanpa batasan waktu dan memiliki suara serta kualitas video yang lebih baik. Pada tahun 2010, GoPro hadir dalam versi HD pertama.

Woodman menegaskan, bahwa hanya ada satu jawaban bisnis yang mau sukses: “Berkembang atau Mati”…….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  29  April 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

 Sumber :

http://www.forbes.com/sites/ryanmac/2013/03/04/the-mad-billionaire-behind-gopro-the-worlds-hottest-camera-company/

http://www.forbes.com/sites/ryanmac/2013/03/13/five-startup-lessons-from-gopro-founder-and-billionaire-nick-woodman/

http://en.wikipedia.org/wiki/Nick_Woodman

Nicholas Woodman

Barangkali tidak banyak yang kenal nama Nicholas “Nick” Woodman, FORBES sampai harus menegaskan tentang Nicholas Woodman dengan judul artikelnya yang menggelitik, ”The Mad Billionaire Behind GoPro: The World\’s Hottest Camera Company” (Miliarder gila di belakang GoPro: Perusahaan kamera terlaris di dunia – http://www.forbes.com/sites/ryanmac/2013/03/04/the-mad-billionaire-behind-gopro-the-worlds-hottest-camera-company/  25 Maret 2013).

Ya, bagi yang belum kenal Nicholas Woodman, dia adalah pendiri dan pemilik Go Pro, Produsen Kamera Video yang banyak digunakan para penyuka olah raga ekstrem, dan juga berbagai peruntukkan peliputan luar ruang dengan medan eksreem. Woodman adalah pria 37 tahun yang penampilan khas rambut coklatnya yang kusut dengan senyum nakalnya membuat dia terlihat seperti baru berusia 27 tahun.

Woodman berkreasi dengan GoPro dimulai tahun 2001, namun praktis debut pertama produknya baru dimulai 2004 yang lalu. Dan sejak itu setiap tahun pertumbuhan penjualan GoPro selalu berlipat tiap tahunnya. Pada  tahun 2012 lalu Go Pro telah menjual 2,3 Juta kamera keseluruh dunia dengan nilai US $ 521.000.000 ! Pada Desember 2012, Go Pro bahkan telah menyingkirkan SONY dalam daftar Bst Buy produk Camcoder dan pada semester pertama 2012. Menurut IDC, Go Pro telah memiliki 21,5% pangsa pasar Camcoder di USA pada semester pertama 2012 itu.

Go Pro sendiri saat ini sebenarnya diproduksi di pabrik perusahaan asal RRC, yaitu di pabrik Hon Hai Precision Industry Co., yang sekarang lebih dikenal sebagai Foxconn. Pada December 2012 Foxconn malah telah menginvestasikan US $200.000.000 guna membangun pabrik untuk memproduksi GoPro di San Mateo, California. Di pabrik itu Woodman memiliki saham 45%. Foxconn bahkan telah membeli 8,88%  saham GoPro sebagai sinyal tentang seberapa besar prospek GoPro bagi Foxconn. Maret 2013 FORBES telah menobatkanya sebagai salah satu Milliarder terkaya nomor 359 di Amerika dan nomor 1107 di dunia dengan kekayaan US $ 1.3 Milliar. Sedang perusahaannya, GoPro, bernilai US $ 2,25 Milliar. (http://www.forbes.com/profile/nicholas-woodman/)

CEO Foxconn, Terry Gou, saat memberikan tanggapan tentang masuknya Foxconn sebagai salah satu pemegang saham GoPro menjelaskan, bahwa ini sebagai langkah kerja sama serta  Foxonn melihat GoPro telah menjadi salah satu peluang berinvestasi pada teknologi inovatif masa kini dan kedepan. Gou berkomentar, “Setelah bertemu Nick, Saya tahu bahwa dia bukan hanya sebagai pemikir saja, tetapi dia memiliki visi kedepan tentang arti Perekam Video masa depan. Maka ketika diberikan penawaran untuk berinvestasi, saya pun ambil peluang itu segera”.

Woodman yang awalnya adalah penggila Olah Raga Surfing berkelana di Australia dan Bali.Diantara para peselancar ini mengalami kendala saat hendak mengabadikan kegiatan mereka karena Camcoder yang ada tidak tahan air atau guncangan saat melakukan perekaman gambar. Mulailah Woodman berkreasi di 2001 dirumahnya di MossBeach, Califormia. Camcoder pertama hasil ciptaan Woodman akhirnya selesai di 2004 dengan memakai bahan awal Camcoder produksi dari RRC. Debut pertama Woodman September 2004 di pameran dagang aksi olah raga “Action Sport Retailler Convention” di San Diego berbuah manis dengan keberuntungan adanya perusahaaan asal jepang yang memborong 100 unit GoPro pertama.

Para peselancar kini sebagian besar telah menggunakan GoPro menggantikan Video Camera yang lama. GoPro telah digunakan banyak penggunanya untuk mengabadikan berbagai aktivitas yang tadinya sulit untuk diabadikan sendiri.

Itulah langkah awal yang menentukan, dan setelah itu GoPro melesat tumbuh berkembang sebagai produsen camcoder yang mampu merekam seluruh gerakan ekstrem dengan tahan goncangan dan tahan air serta segala cuaca. Woodman memang tidak menciptakan hal baru sama sekali karena Camcoder bahan dasarnya bahkan bisa dibeli di RRC dengan bebas, tetapi dia memberikan nilai tambah dari sesuatu yang biasa menjadi tidak biasa, dengan memberikan kemampuan tahan guncangan dan kedap air. Langkah inovatif memang kadang tidak menciptakan hal baru sama sekali, tetapi dengan mengubah konsep dan gaya penampilan seperti saat iPad dikenalkan Steve Jobs…….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 22 April 2013, Halaman 13 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber :

http://www.forbes.com/sites/ryanmac/2013/03/04/the-mad-billionaire-behind-gopro-the-worlds-hottest-camera-company/

http://www.forbes.com/sites/ryanmac/2013/03/13/five-startup-lessons-from-gopro-founder-and-billionaire-nick-woodman/

http://en.wikipedia.org/wiki/Nick_Woodman

Masa Suram PC ?

Microsoft Windows 8 menjadi “tersangka” atas gagalnya pertumbuhan PC karena masyarakat justru dengan hadirnya  MS Windows 8 yang berubah secara Radikal itu semakin cepat membawa kaum muda yang dinamis mengganti kebutuhan PC dengan Tablet atau pun Smart Phone.

Data terbaru dari IDC tentang hasil pengiriman PC dari berbagai Industri PC dunia menunjukkan bahwa secara total jumlah pengiriman PC di Triwulan 1 tahun 2013 untuk semua produk PC turun hingga 13,9%. Penurunan terbesar datang dari ACER yang merosot 31,3%, disusul HP yang merosot hingga 23,7%, ASUS berkurang 19,2%, disusul oleh DELL turun 10,9%. Satu-satunya yang bertahan stabil hanyalah Lenovo dengan 0% (tetap), suatu prestasi yang lumayan dibanding penurunan berbagai merek dunia lainnya.

Windows 8 tadinya diharapkan menjadi titik balik pertumbuhan penjualan PC. Tetapi dengan melihat perkembangan saat ini, para analis memperkirakan  itu akan memakan waktu pemulihan yang lama sekali. Setidaknya, dengan  pengiriman komputer di seluruh dunia dalam kuartal pertama tahun 2013 Turun 13,9 persen menjadi 76.3 juta, merupakan data persentase terendah triwulan sejak IDC memulai pencatatan ditahun 1994.

Menurut Bob O’Donnell, Program VP Clients and Displays IDC, memperkirakan hal ini disebabkan oleh ketakutan pengguna pada Windows 8 yang terasa asing tampilan antarmukanya, serta terus meningkatnya perangkat mobile Smart Phone serta Tablet dan penurunan peminat Netbook di seluruh dunia. Hal ini disebabkan Windows 8 yang harus dijalankan pada layar sentuh (Touchscreen) membuat harga PC menjadi lebih tinggi, sehingga konsumen lebih cenderung membeli tablet atau Smart Phone yang berharga relatif lebih terjangkau disaat krisis ekonomi dunia saat ini.

Situasi pangsa pasar dunia tampaknya sedikit berbeda dengan pangsa pasar di Amerika, dimana Lenovo tetap mampu tumbuh 13% di Triwulan 2013, bahkan lebih tinggi dari 2012 yang tumbuh hanya 6,9%. Bandingkan HP dan DELL sebagai “tuan rumah” justru turun 22,9% dan 14,4%. Apple yang ditinggal oleh ”Sang Pencipta”nya, Steve Jobs, harus menerima turunnya pertumbuhan hingga -7,5% dinegaranya sendiri. Diperkirakan Lenovo mampu meraih pertumbuhan luar biasa dimasa krisis ini dikarenakan harga yang jauh lebih kompetitif. Secara total pangsa pasar PC di Amerika turun mencapai 12,7%, hampir seimbang dengan turunnya pangsa pasar dunia.

Analis IDC memperkirakan, jika Microsoft tidak segera memberikan solusi mengantisipasi pergeseran keinginan konsumen, maka pangsa pasar PC akan semakin tergerus dari waktu ke waktu, Padahal, solusi itu celakanya harus cepat agar tidak semakin terpuruk dunia industri PC tersebut.

Walau pun IDC yang mengambil sampel data berdasar laporan para produsen dan bukan menghitung dari sudut penjualan nyata di lapisan pasar seperti Gfk, tetap saja data analisa IDC diperhitungkan sebagai salah satu tolok ukur  pertumbuhan industri PC di dunia.

Microsoft yang semula menjadi andalan pertumbuhan kembali industri PC, tetap mengelak bahwa mereka gagal menjadi lokomotif bangkitnya industri PC. Juru Bicara Microsoft, Mark Martin, justru mengelak dengan memberikan data bahwa Microsoft mampu menjual 60 juta lisensi Windows 8 dalam Triwulan pertama 2013, dan mengklaim ini adalah pertumbuhan tercepat dari seluruh produk Microsoft selama ini.

Barangkali Mark Martin lupa, bahwa pasar yang dinamis saat ini telah menyerap lisensi itu terbanyak di dunia Smartphone dengan ukuran yang lebih mungil dan mampu dipertontonkan dengan mudah para pemiliknya yang kini suka ”pamer”. Tren yang bergeser ini kiranya akan tetap bertahan hingga hadirnya sebuah terobosan yang benar-benar mampu menjadi lokomotof pertumbuhan PC di dunia. Para pengusaha PC (Desktop dan Mobile) kiranya harus tetap mengencangkan ikat pinggang agar tidak terbengkalai periuk nasinya dalam kondisi krisis ini ……***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 15 April 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber : IDC & KONTAN

http://www.engadget.com/2013/04/10/idc-pc-shipments-in-q1-faced-their-steepest-drop-known-to-date/

Bagaimana bertahan dalam era perubahan iklim bisnis saaat ini ? Lihatlah Industri musik yang diwakili oleh Media PH, CD & Cassette secara perlahan tersingkir oleh musik digital seperti MP3 di tahun 2000-an keatas, namun mereka akhirnya juga mampu menemukan pasar yang berbeda dengan masuk ke industri lainnya seperti Nada Dering di berbagai operator telekomunikasi atau menjual di bursa digital.

Celah lain yang dimasuki adalah dengan menggandeng bebagai industri ; seperti Rumah makan jaringan yang menyediakan berbagai CD Lagu yang hanya bisa khusus didapat di jaringan rumah makan tersebut atau berbagai industri lainnya.

Bioskop yang sekarang lebih keren disebut Cineplex bertahan dengan mengganti semua projector Film seluloid menjadi Projector dengan Cakram Digital agar menghemat biaya operasional dan perawatan, melengkapi Sound System yang akan sulit didapat di rumah seperti Dolby Stereo 7.1 atau THX sound system dll. Bahkan dengan perlengkapan 3D yang akan sulit didapat dirumah walau menggunakan teknologi Home Theatre sekalipun.  Teknologi  3D telah berkembang pesat sampai pada Film IMAX 70mm sehingga penonton dimanjakan dengan Layar lebih lebar, Tata suara lebih jernih dan bagus.  

Jejaring bioskop saat ini berkembang pesat berkat distribusi yang lancar, bahkan pemutaran film bisa bersama atau bahkan lebih cepat beberapa saat daripada pemutaran perdana di Amerika. Dengan cara tersebut,  Group 21 dan Blitz mampu mengembangkan perbioskopan di 29 kota di Indonesia serta mampu terus bertahan dan bahkan selalu menambah Layar setiap tahunnya. Kuncinya adalah : Film yang baru serentak mengikuti jadwal rilis di seluruh dunia sehingga Film bajakan yang sulit diberantas akan terlambat beberapa hari/minggu,

Selain itu, Fasilitas Bioskop yang memadai, harga yang relatif terjangkau, membuat berbagai Bioskop ini mampu bertahan di tengah serbuan Pembajak,  Teknologi baru dan Perubahan selera pasar serta berbagai kebiasaan konsumen yang semakin bervariasi.

Bagaimana nasib Kantor Pos ? Surat menyurat tradisional sudah pasti menjadi bisnis masa lalu untuk kantor pos. Tetapi karena menyadari hal itu, Kantor pos nampaknya berusaha berubah dengan berbagai terobosan,Dengan menjadi Agensi dari; Asuransi, Bank, Pajak, Tiket Pelni dan berbagai tiket lain,  Pada divisi Layanan antar surat sendiri kini mengubah dengan melayani berbagai institusi seperti: Pengiriman Promosi , Rekening / Tagihan Bank /Kartu Kredit.

Disamping itu, Karena jaringan distribusi yang kuat,  mereka mampu menjalankan Ekspedisi pengiriman dengan lebih luas jangkauan, Dengan jaringan itu pula, nampaknya Kantor pos membangun jaringan Mini Market bekerja sama dengan Indomarco (KONTAN 21-9-2012). Kantor pos bahkan menjadi agen pupuk bersubsidi dan berbagai produk perusahaan milik pemerintah lainnya. Untuk harga, karena pemanfaatan armada, akan membuat efisiensi luar biasa bagi Kantor pos.

Tidak berhenti disitu, beberapa lokasi kantor pos kini telah dimodifikasi dengan hadirnya Hotel Bujet ekonomis. Strategi ini menolong penghasilan mereka karena lokasi yang ditengah kota membuat tingkat hunian yang tinggi pula.

Lalu, Bagaimana bertahan dengan serbuan toko On Line ? Menurut data Gfk pertumbuhannya memang masih belum signifikan untuk di Indonesia, sangat berbeda jika dibandingkan negara maju. Khusus Indonesia, diperkirakan masih  perlu waktu karena kebiasaan orang indonesia untuk produk Non Jasa adalah; Calon konsumen masih menghendaki melihat langsung, menyentuh dan mencoba. Disamping itu konsumen masih menghendaki diberikan layanan Pengiriman, Pemasangan dan Purna Jual lainnya. Tampaknya disitulah masih terbuka peluang saat ini disamping faktor kepercayaan yang masih minimal untuk melakukan transaksi secara elektronik tersebut. Tetapi, cepat atau lambat layanan On Line akan menjadi pesaing yang berat bagi seluruh industri…….  ***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 8 April 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Sumber :

http://money.cnn.com/2013/01/29/technology/enterprise/microsoft-office-2013-review/index.html

http://www.techrepublic.com/blog/window-on-windows/microsoft-office-2013-is-now-available/7193

http://www.techrepublic.com/blog/10things/10-things-to-love-and-hate-about-microsoft-office-2013/3452

http://www.techrepublic.com/photos/first-look-microsoft-office-2013/6374698

http://www.informationweek.com/windows/microsoft-news/ms-office-2013-upgrade-4-points-to-consi/240147260

http://reviews.cnet.com/microsoft-office-2013/

http://industri.kontan.co.id/news/pos-indonesia-berambisi-buka-2.000-post-shop

Sudah banyak tulisan tentang berbagai bidang bisnis yang berguguran karena serbuan teknologi digital saat ini. Dari bisnis Layanan Pos, Wesel, Cetak Foto, Musik, Media Cetak, Telepon, Buku bahkan Telekomunikasi. Handphone dan SMS sendiri yang merupakan “Bisnis Generasi Digital” sudah mulai tersaingi dengan Generasi komunikasi terbaru saat ini VOIP (Voice over Internet Protocol) seperti :  Skype, VOIP Rakyat dll.  SMS sendiri saat ini juga sudah terbendung pertumbuhannya oleh Black Berry Messenger, Whatsapp, Yahoo! Messenger, Twitter dll. Bisnis yang jelas tampak tergusur adalah Wartel dengan adanya Handphone yang murah dan merata.

Pada bisnis Kamera Analog yang ditumbangkan oleh  Kamera Digital, saat ini sudah mulai terancam kembali dengan hadirnya Perangkat Telekomunikasi yang dilengkapi dengan Kamera berkemampuan setara Kamera Digital kelas pocket dengan fitur yang hebat pula. Pada Industri pencetakan foto sendiri sudah satu dekade tersaingi dengan semakin minimnya pengguna yang mencetak foto karena cukup melihat di komputer serta membagikannya melalui Media sosial seperti Facebook, Grup milis dll.

Kain bakalan untuk Kemeja atau yang lain hanya tinggal waktu saja untuk bertahan dari serbuan teknologi digital yang sudah mulai masuk. Saat ini memang kualitas warna belum secerah dan semenarik industri tekstil, tetapi seperti juga saat Digital printing mulai mewabah dulu juga berkualitas yang kurang lebih sama. Kini, Umumnya tidak ada satu Baligho dan Billboard yang masih menggunakan teknologi Airbrush seperti dulu karena lama dan berbiaya produksi lebih mahal.  

Nantinya, mencetak kain motif apapun mampu dikerjakan dalam hitungan jam dengan kualitas sempurna laikknya kain saat ini.  Hanya tinggal waktu, nanti motif batik atau kain bakal jauh lebih bervariasi dengan printer. Pakaian akan diserbu butik dengan desain khusus yang bahkan dijamin tidak ada kembaran motifnya karena selalu bisa diganti dengan mudah setiap saat.

Industri Sablon konvensional pada Spanduk dan T-Banner sudah mulai tergeser oleh Cetak Spanduk Digital, Bahkan pada industri Sablon untuk TShirt  saat ini proses Digital telah berlangsung pada Pra Produksi, Kedepan, ketika pencetakan materi Tshirt sudah mulai turun biaya dan kualitas lebih tahan lama, seperti kain pun Sablon Tshirt yang saat ini baru dijalankan dengan jumlah minimal, akan mampu dijalankan  secara masal dengan biaya ekonomis serta unik dan tahan lama.

Pada Industri percetakan saat ini bersaing dengan POD (Print on Demand), Orang mencetak buku hanya satu eksemplar juga bisa dilakukan dengan kualitas sama dengan Mesin Offset.  Foto copy juga bersaing dengan Laser / Inkjet printer multi fungsi. Nanti ketika trik menghemat biaya cetak semakin dimungkinkan karena Teknologi, maka Industri Foto Copy pun akan bersiap tergusur Era Digital.

Pada toko buku tradisional, tak terbilang yang gulung tikar saat kalah melawan Grup besar Toko Buku. Beberapa yang siap telah mengubah diri menjadi toko souvenir atau bahkan lainnya, Jaringan Toko buku besar sendiri diserbu oleh e-Book, sehingga mereka pun harus mengubah diri sebagai Toko Buku Koleksi dan menjadi One Stop Service.

Sementara itu Super market jaringan raksasa telah pula memadamkan api bisnis ribuan Toko tradional. Walau pun beberapa yang siap bersaing dengan pola yang sama dan tambahan layanan dan kemampuan membaca kebutuhan lokal masih mampu bertahan dan bahkan berkembang….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 1 April 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

CANON EOS 100D

Pada 21 Maret 2012 di New York, CANON memperkenalkan kamera DSLR generasi terbarunya, EOS 100D dan juga EOS 700D. Secara bersamaan pula dikenalkan SX 280HS & SX 270HS. Pada umumnya CANON mengeluarkan seri terbaru secara berkala untuk perubahan sesuai siklus pergantian DSLR. Namun, kali ini sepertinya EOS 700D (di Amerika/Eropa disebut T5i)  seperti terlalu cepat muncul untuk menggantikan EOS 650D (Diluar Asia Pacific disebut Rebel T4i) yang baru tahun lalu dikenalkan.

EOS 700D/T5i memiliki spesifikasi nyaris sama dengan EOS 650D, yaitu Resolusi 18MP APS-C Hybrid CMOS, DIGIC 5 processor, 9 AF-point cross system, dan Full HD Movie. Perbedaaan kecil hanya terdapat pada Lensa paket Canon EOS 700D adalah 18-55mm STM, yang di rekomendasikan pembuatan Video HD dengan lebih baik.

Canon juga mengenalkan produk terbaru lainnya, EOS 100D/Rebel SL1, yang di klaim sebagai Kamera DSLR terkecil dan teringan di dunia yang memiliki spesifikasi Resolusi 18MP, Processor DIGIC 5, Layar sentuh 3″ dan 1080p30 video seperti pada Kamera Mirrorless EOS M. 

EOS 100D/Rebel SL1 nampaknya akan menjadi satu fenomena dalam dunia Kamera Digital SLR. Bentuk yang sangat kompak tetapi memiliki fitur utuh laiknya DSLR. Yuichi Ishizuka, Executive Vice President dan General Manager Imaging Technologies & Communications Group, Canon U.S.A menjelaskan: “EOS Rebel SL1 mengkombinasikan kecepatan tinggi, Kualitas tinggi gambar yang dihasilkan dan kemampuan besar pengambilan foto dari sebuah kamera DSLR dengan kemudahaan dan menyenangkan penggunaannya”.

EOS 100D berukuran 4.6″ (w) x 3.57″ (h) x 2.74″ (d), dan berat hanya 409 gram (Termasuk Baterai). Ini artinya EOS 100 D adalah 25 persen lebih kecil dan 28 persen lebih ringan dari EOS 650D. Fitur EOS 100D adalah sensor CMOS 18 Megapixel (APS-C) ISO 100-12800 (dapat di expand hingga H: 25600) untuk Foto,  serta ISO-6400 (expand sampai H: 12800) untuk Video. Memakai Processor Canon DIGIC 5 memungkinkan pengambilan foto berseri hingga empat frame per detik (fps).

EOS 100D memiliki sembilan titik autofocus (AF) dengan sensor Hybrid CMOS AF II yang memungkinkan mendapatkan area fokus lebih lebar pada Foto dan Video saat moda Live View serta memungkinkan tambahnya kecepatan AF dari generasi EOS sebelumnya.

Lensa EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS STM pada EOS 100D saat membuat video dapat berfungsi Auto Focus memakai  fitur Canon Movie Servo AF untuk mengikuti subyek yang bergerak dalam Video,

Pengguna dapat juga memakai efek dua sisi yang tampak berbeda dengan efek Filter, pun pula dengan  Creative Filters dan Simulasi Background Blur dapat ditampilkan dalam posisi Live View. Edit Foto dan Cropping dapat dilakukan dengan LCD Touch screen dan langsung disimpan di File yang berbeda.

EOS 100D / Rebel SL1 Digital SLR direncanakan akan mulai tersedia pada April 2013 dengan perkiraan harga US $ 649.99 (Body) atau US $ 799.99 (+Lensa EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS STM).

Dari pengenalan produk kali ini, tampaknya CANON EOS 100D mau ditampilkan untuk alternatif pengguna yang peduli kamera ringan dan mungil tapi memiliki performa penuh seperti DSLR konvensional. Dari pantauan penjualan kamera Mirrorless yang tak sesukses sebagaimana dibayangkan oleh berbagai pihak, maka tampaknya CANON secara jeli melihat peluang bahwa pengguna lebih mencari DSLR yang praktis dan ringan namun tetap memiliki Grip memadai.  Indikasinya, Penjualan kamera Mirrorless CANON EOS M pun lebih laku yang dilengkapi dengan konverter lensa SLR biasa daripada yang tanpa konverter.

Melihat perkembangan yang tak begitu menggembrakan dari penjualan kamera Mirrorless semua merek, jangan-jangan, kamera jenis Mirrorless hanya akan bertahan singkat saja seperti Era APS dahulu ? Perlu diwaspadai bagi para pemilik kamera Mirrorless ….*** 

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  25  Maret 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

 Sumber :  specifications, visit http://www.usa.canon.com/eos.

Bagian ke 2 dari 2 tulsan 

Kini, pertumbuhan pangsa pasar bisnis MID atau Webbooks  ini jika diperbandingkan antara Semester 1 Tahun 2011 melawan Tahun 2012, tampak bahwa bisnis  Webbooks  sudah naik dari 7% menjadi 27% (Diperkirakan di 2013 mencapai  ) sementara untuk Mobile PC turun dari 60% menjadi 48% saja. Data pertumbuhan toko yang masuk kategori Telco pada periode yang sama tumbuh 437%, sementara Komputer hanya 7% saja untuk Branded, sementara Toko perakit justru menurun – 29%

Prediksi Gfk lebih membuat terpana, saat melihat pertumbuhan bisnis Webbooks dari 2011 – 2012 – 2013 tumbuh mulai 500.000 menjadi 1.600.000 dan prediksi 2013 menjadi 3.000.000 unit yang beredar di Indonesia, sementara Mobile PC yang sudah mendekati titik jenuh pertumbuhannya hanya dari 2.500.000 (2011), 2.700.000 (2012) dan 3.100.000 (2013).

Ini sesuai dengan analisa Gfk terhadap 19 macam produk yang berhubungan dengan Teknologi, bahwa bisnis Media Tablets akan tumbuh sebesar 52% di tahun 2013, Smart-Phones naik menjadi 47% pertumbuhannya, dan Laser Printer serta perangkat Multi Fungsi hanya akan bertambah 2% saja di tahun 2013.

Gfk bahkan memprediksi bisnis PC Meja (Desktop) akan turun 9% dan Printer akan turun 5% pertumbuhannya di 2013. Pada semester pertama 2012, Gfk melihat bahwa Dekstop PC hanya menyisakan 17 Merek saja, sementara  Webbooks memiliki 50 Merek di sementer 1 Tahun 2012.

Prediksi menyedihkan dari Gfk untuk 5 produk terburuk dalam pertumbuhan 2012 – 2013 adalah : DVD & Blue-Ray Player (-13%),  Media Player (-13%), Camcorder (-15%), Plasma TV (-16%) dan Mobile Phones / Handphone Fungsi tunggal (-21%).

Jika melihat data Gfk dari persentase pengguna Internet dibanding populasi penduduk, di Asia baru mencapai 26%, kalah jauh dibanding Amerika Utara (79%), Australia (68%), Eropa (61%), Amerika Selatan (40%) dan Timur Tengah (36%). Asia hanya menang dari Afrika (14%). Indonesia sendiri memiliki rata-rata 27%  pada tahun 2012. Suatu angka yang cukup meyakinkan bahwa masih akan ada pertumbuhan cukup besar bagi Asia, dan khususnya Indonesia.

Masih menurut Gfk, setiap pertumbuhan pengguna Internet sebanyak 10%, akan memberikan nilai pertumbuhan PDB sebesar 3%.  Sementara itu dengan melihat Yera on Year transisi pertumbuhan penggunaan anggaran untuk membeli perangkat Teknologi, Di Dunia akan tumbuh dari 2% (2012) ke 8% (2013), sementara Indonesia yang masuk Emerging APAC naik dari 10% (2012) ke 14% (2013), merupakan pertumbuhan tertinggi di seluruh dunia.

Hal yang menjanjikan dari analisa Gfk untuk Pasar HighTech di Tahun 2013 ; Merupakan Tahun awal tumbuhnya siklus permintaan  karena dipengaruhi oleh : Pandangan positif terhadap HighTech,  Pertumbuhan positif munculnya berbagai Inovasi, Dampak pergantian berbagai peralatan karena munculnya Windows 8, Ultra Thin, Touch, Smart TV & Gadget.

Sementara adanya sambungan Internet yang semakin merata akan membuat perubahan cara berkomunikasi dan berbelanja. Pendekatan Multi-Channel diperlukan berbagai vendor di 2013 – Belanja Tradisional dan Online !  Pilihan  yang nyaris menjadi keharusan semua pengusaha ….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  18  Maret 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Pada beberapa Mall IT di awal 2013 ini terjadi perselisihan paham soal Zona wilayah penjualan sebuah produk. Kalau di tahun-tahun yang lalu, Pemilik Mall akan menetapkan Lantai ini untuk produk ini, dan Lantai itu untuk produk itu. Sehingga jika Lantai Dasar untuk Handphone, Maka Lantai 1 untuk Komputer. Selesai dan tidak ribut karena konsumen akan digiring untuk membeli produk sesuai lokasinya.

Tetapi, sejak akhir Tahun 2012, terjadi keresahan diantara kedua kelompok pebisnis tersebut, yaitu adanya Tablet yang kini semakin marak diperdagangkan diantara kedua kelompok pebisnis tadi. Dari kedua kelompok saling klaim bahwa bisnis Tablet adalah bisnis dari kelompok Telco/Komunikasi atau pun Komputer. Yang Handphone/Telco mengklaim Tablet adalah bagian dari alat komunikasi, dibuktikan adanya Slot SIM Card dan dapat digunakan berkomunikasi.

Sementara pengusaha komputer mengklaim bahwa Tablet adalah bisnis dari dunia komputer, karena merupakan “Turunan” Netbook. Dimana, fungsi komputasi tampak sangat dominan didalam perangkat Tablet tersebut. Besaran Layar Display di Tablet 7 Inch dan 10 Inch sudah menambah kejelasan dimana produk tersebut berada.

Bisnis Tablet sebenarnya tidak masalah mau diperdagangkan kedua belah pihak, sejauh para pengusaha tersebut tidak berada didalam sebuah Mall yang pada umumnya diatur dalam kesepakatan Zona wilayah produk yang jelas. Maka, ketika wilayah kedua kelompok pedagang tersebut mulai tidak jelas karena produk yang dijual sama persis, maka yang terjadi adalah saling klaim dan protes diantara kedua kelompok pengusaha tersebut.

Para pakar IT yang diminta pendapat untuk menentukan ”Habitat” yang tepat untuk bisnis Tablet itu terpecah-pecah dalam dua kelompok juga, yang satu mengatakan bahwa yang dinamakan Tablet lebih tepat masuk kategori perangkat komputer karena O/S maupun perangkat lunaknya lebih dekat ke perangkat Komputer, sementara pakar yang lain lebih menegaskan bagian dari Gadget Telco. Tetapi kedua kelompok pakar memiliki ”Kesepakatan tidak resmi”, bahwa yang disebut Tablet adalah perangkat Gadget dengan Layar minimal 5,7 Inchi.

Ukuran Layar ini dipertegas oleh Gfk, sebuah lembaga riset yang berpusat di Jerman (KR – Digital 1 Oktober 2012), dimana Tablet dikategorikan sebagai Webbooks dan memiliki layar minimal 5,7 Inch keatas.

Kekisruhan ini sebenarnya tidak perlu terjadi kalau sejak awal semua pebisnis IT siap untuk menerima kedatangan produk yang masuk kategori Mobile Internet Device (MID) ini (KR – Digital  28  Desember 2009). Jika saja sejak itu para pengusaha Komputer mau bersiap diri menekuni cikal bakal binsis MID, maka saat ini mereka tentulah tidak akan tertinggal dan gagap dalam menerima persaingan usaha dengan kelompok pengusaha Telco.

Tetapi tampaknya ini hukum alam, dimana yang sigap akan lebih menikmati sebuah peluang. Seperti juga saat Kamera Digital dengan cepat direbut pengusaha komputer, karena saat itu Pengusaha Kamera melihat Kamera Digital seperti laiknya mainan saja, sehingga sedikit melecehkan pertumbuhan Kamera Digital tersebut. Apalagi saat itu bisnis Kamera Analog keuntungan dan omsetnya masih menggiurkan.

Kasus yang sama dengan Tablet, karena semua pengusaha komputer masih terlena di bisnis Mobile PC dan merasakan pertumbuhan yang luar biasa di periode 2008 – 2011, jadilah pengusaha Telco yang pada saat tersebut mengalami kejenuhan persaingan usaha mengambil peluang Tablet lebih dahulu, dan sudah biasa dengan produk ex. RRC tanpa khawatir soal Kualitas, purna jual dll….***

Bersambung Ke Bagian 2  

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  11  Maret 2013, Halaman 16   Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Kreatifitas

Semakin berat persaingan jasa mau pun perdagangan, semakin banyak yang berusaha mencari terobosan yang berbeda. Bukan hanya di industri busana yang memakai aneka desain dan semakin sedikit kembarannya alias Homemade, semakin diburu orang karena nilai eksklusifitas.

Dalam industri digital pun, kini semakin diburu sebuah kreatifitas, bukan hanya foto-foto Pre Wedding yang menarik, bukan pula Foto studio yang unik saja, melainkan dalam olah reka berbagai karya menjadi satu pilihan.

Kita lihat bagaimana berbagai produsen harus berlomba memberikan sentuhan yang berbeda seperti Canon yang harus memberikan fasilitas Wi-Fi pada kamera EOS 6D, atau kamera   Canon PowerShot N  yang memberikan fitur unik seperti; Fungsi Zoom  dengan menyentuh lingkaran di lensa serta panel  LED Display yang mampu di rotasi vertikal guna memperoleh posisi memotret yang ideal hingga foto diri untuk Narsis.

Samsung pun mengeluarkan produk serupa seperti pada MV 800, dan juga kamera dengan dua LED Display untuk pengguna ber-narsis-ria pula seperti pada kamera seri PL-120.

Sementara itu,  Susanna Kraus, anak dari penemu dan ahli fisika Werner Kraus menciptakan Kickstarter, Versi mobile untuk kamera raksasa yang mirip Photobox dimana mampu memproyeksikan hasil foto 1:1 didalam kertas ukuran 60cm x 200cm hitam-putih. Versi aslinya adalah  IMAGO, Kamera  1:1 yang kini ada di Berlin, diciptakan pada 1970 oleh Werner Kraus dkk. Mekanismenya adalah seseorang masuk ke Photobox dan berpose menghadap cermin dan kemudian menekan tombol untuk memotret diri dan hasilnya langsung tercetak di kertas foto positif tanpa memakai negatif.

Sekilas kita melihat akan kesan Jaman ddhulu, kuno, namun ternyata para penggemar Foto diri justru melihat sisi lain dari hasil yang tak mampu diraih kamera-kamera saat ini.

Versi lain dari kreatifitas adalah sebuah foto dengan besaran File hingga 320 Gigapixel diambil dari puncak menara British Telecom pada akhir 2012 di London untuk memecahkan rekor foto panorama. Foto berisi pemandangan kotaLondon dengan sudut 360 derajat terdiri dari  48.640 potongan foto sebesar 98 x 24 meter.

Fotonya sendiri diambil dengan menggunakan empat buah kamera Canon EOS 7D dengan Lensa EF 400mm f/2.8L IS II USM dan Extender Teleconverter EF 2x III. Kamera dipasang pada dudukan robot Rodeon VR Head ST selama tiga hari pengambilan gambar dan tiga bulan proses penyatuan foto-fotonya.

Seluruh daya dan usaha untuk memberikan sentuhan yang berbeda dari sebuah karya akan membuat seseorang / sebuah lembaga / industri jadi tampak berbeda dari yang lain.  Mereka semua menghasilkan karya juga bukan sekedar berbeda, melainkan memang memberikan nilai lebih dari sebuah karya yang biasa.

Dari pada sekedar berperang dengan harga, dengan spesifikasi standard, maka suatu nilai lebih layak dipertimbangkan menjadi pilihan para proffesional, produsen dan pengusaha. Persoalan klasik memang masih ada, Masyarakat Indonesia masih belum bisa menghargai sebuah karya, sebuah keahlian bahkan sebuah kelebihan dari seseorang/sebuah lembaga ….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  25  Februari 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Powerbank

Dalam enam bulan terakhir, di Yogya atau pun di Indonesia, produk bagian dari bisnis Gadget  yang mengalami Booming luar biasa adalah Powerbank/Batterai Bank. Lalu mulai membanjiri pasar berbagai produk, merek dan kualitas Powerbank Dari yang hanya sekedar “Merek Tempelan”, Produk ODM/OEM hingga Brand sesungguhnya dari sebuah pabrik.

Dari sekian merek dan produk, ada yang dimulai dengan kapasitas 1000mAh hingga 11.000mAh, sementara untuk power output dimulai dari 0,5A hingga 2A. Dalam perjalanan, berbagai fungsi tambahan Powerbank disertakan, dari yang memiliki fungsi ganda bahkan Triple seperti Pointer, Flash Disc, Radio, MP3, Senter, Wi-Fi Router  dll. Yang jelas, fungsi utamanya adalah sebagai alat penyimpan daya listrik sekaligus pengisi baterai portabel bagi orang-orang yang mobilitasnya tinggi dan memiliki perangkat Gadget yang haus daya listrik. Maka saat banyaknya fitur tambahan tersebut sudah pasti akan ikut menguras daya yang ada dengan lebih cepat.

Kapasitas sendiri diperhitungkan mereka yang memiliki perangkat Gadget dengan baterai bawaan cukup besar. Persoalannya, banyak Powerbank tidak memiliki kapasitas yang sebenarnya seperti tertulis di bungkus atau pun fisik Powerbank nya sendiri. Sebagai gambaran, Powerbank berkapasitas 1000mAh (Ditulis 2000mAh) tidak akan kuat mencukupi kebutuhan Gadget dengan baterai kapasitas 1500mAh. Demikian juga Powerbank kapasitas 5000mAh seharusnya mampu sekurangnya mengisi tiga  kali sebuah Gadget dengan baterai kapasitas 1500 mAh.

Baterai Power Bank sendiri biasanya  memakai bahan Lithium-ion polymer, Polymer Lithium ion, atau biasa disebut Lithium Polymer (disingkat Li-poly, Li-Pol, LiPo, LIP, PLI atau LiP)  merupakan baterai Rechargeable. Disini letak “kecurangan” para produsen Power Bank dengan mengganti lebih tinggi spesifikasi yang sebenarnya.

Kondisi diperburuk dengan adanya Powerbank yang jelek kualitas baterai sehingga membuat daya yang tersimpan yang sebenarnya menjadi lebih sedikit dari yang tertulis. Sementara kualitas baterai juga memegang peranan pada Lifetime/Life Cycle (umur pemakaian baterai). Disini sangat sulit mendeteksi sebuah produk memiliki kualitas baterai yang bagus atau tidak.

Perlu diperhatikan juga soal Power Output,  tegangan pada berbagai Power Bank semestinya sebesar 5V dan memiliki Power Output 0,5A atau 1A bahkan beberapa hingga 2A. Hal ini akan berpengaruh kepada kecepatan dan kemampuan mengisi daya baterai sebuah gadget.  Secara sederhana, cara menghitungnya demikian: untuk melakukan proses pengisian daya pada baterai Gadget sebesar 1000mAh jika kita menggunakan Powerbank dengan Output 1A, maka hanya butuh waktu satu jam pengisian. Tetapi tidak semua Gadget mampu menyerap kapasitas 1A bahkan 2A, tergantung pada  kapasitas Gadget.

Pada beberapa penjual, mereka selalu mengatakan soal proteksi pada Power Bank yang dijualnya, dengan mengatakan bahwa jika sedang dilakukan pengisian, maka Powerbank tidak bisa digunakan mengisi daya pada Gadget. Padahal, pada uji beberapa Power Bank yg bagus,  tidak masalah saat melakukan charging dari AC bersamaan dengan melakukan Recharge kesebuah Gadget. Power Bank yang bagus mampu secara simultan tanpa menimbulkan ekses samping pada Gadget. Ukuran proteksi tidak diketahui saat pengisian daya sebuah Gadget saja. Yang diperlukan adalah fitur perlindungan dari arus pendek listrik, dan dapat otomatis menghentikan pengisian ketika baterai Gadget atau tablet sudah terisi penuh.

Dan, seperti juga berbagai produk elektronik, yang perlu diperhatikan adalah mempertanyakan soal layanan purna jual, jika terjadi kerusakan, bagaimana sistim perbaikan atau penukarannya. Maka, saat membeli, beberapa pemakai secara cerdik mempertanyakan spesifikasi dan melakukan test serta mencari Power Bank yang memiliki indikator tingkat ketersediaan daya sebelum membayar power bank tersebut.

Pada Power Bank, seperti juga pada Handphone ex RRC yang saat ini sudah membanjiri pasar, pengguna perlu memperhatikan, apakah sebuah produk itu Branded atau sekedar Branding alias sekedar ditempel merek saja. Pada kondisi produk demikian, tidak akan heran jika penjualnya akan angkat tangan mengikuti jejak Vendornya yang ”Hit & Run”. Harap diingat, di RRC saat ini industri rumahan yang justru banyak menghasilkan berbagai Power Bank yang beredar di Indonesia saat ini.

Sekedar illutrasi, sebuah Power Bank dengan baterai yang handal, seharusnya mampu diisi ulang (Recharge) 500 – 1000x bergantung kualitas baterai.  Biasanya setelah itu kemampuan menyumpan daya akan menurun. Pilihan yang cermat dan cerdik oleh konsumen diperlukan daripada sekedar membandingkan harga….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  18  Februari 2013, Halaman 16  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Bisnis Kamera

Berita yang sebenarnya sudah diduga beberapa waktu terakhir itu akhirnya muncul ke permukaan juga, Bisnis Kamera Digital Kritis ! Betapapun, masyarakat tetap saja terkejut ketika NIKON Corp., produsen kamera asal negeri matahari terbit, Jepang, mengumumkan bahwa mereka memangkas proyeksi kinerja bisnisnya, sehingga pada 7 Februari 2013 kemarin nilai saham NIKON langsung merosot menjadi JPY 2.139 atau turun 19% dari sebelumnya. Ini adalah penurunan terbesar sejak tahun 1985, saat NIKON masuk Bursa di Jepang.

Bahkan, manajemen NIKON memperkirakan keuntungan yang turun hampir lima puluh persen. Penurunan ini dipicu oleh turunnya harga-harga kamera SLR (Single Lens reflex) kelas pemula sejak November 2012 yll. Serta penurunan permintaan kamera dan juga persaingan yang keras di bisnis ini.

NIKON memperkirakan penjualan kamera SLR akan turun dan tak mampu mencapai target penjualan 7,1 juta unit di seluruh dunia. Penjualan Lensa NIKON pun ikut merosot menjadi 9,8 juta unit serta 17 Juta unit untuk kamera saku di seluruh dunia. Persaingan dengan Rivalnya, CANON bukan satu-satunya faktor penghambat pertumbuhan tersebut, karena penjualan terus berkurang untuk semua kamera saku yang bersaing ketat dengan kamera ponsel yang kini memiliki spesifikasi semakin tinggi dan kualitasnya yang semakin baik.

Junichi Itoh Direktur Keuangan dari NIKON memberikan penjelasan, penurunan ini disebabkan perlambatan permintaan di Eropa dan sentimen negatif di China untuk produk-produk eks Jepang yang membuat berbagai produsen dari Jepang harus menurunkan prediksi penjualan berbagai produknya di China. NIKON pun mengalami penurunan laba hingga 30% sejak April hingga Desember 2012 yll.

Kondisi NIKON ini tidak sendirian, CANON yang menjadi rival utamanya pun mencatat penurunan performa laba operasional sebesar 17,9% sejak Oktober hingga Desember 2012. Bahkan, dari informasi Camera & Imaging Products Asosiation di Tokyo, Total penjualan Year on Year pada November 2012 telah turun 14%.

Kanibalisme bisnis Digital semakin nampak dibisnis Kamera Digital ini. Ketika di akhir Tahun 1990-an kamera digital muncul, masyarakat masih meremehkan, namun ketika awal 2000-an semakin berkembang dan Teknologi CMOS semakin tinggi dan baik keualitasnya, maka perlahan tapi pasti kamera Analog pun semakin ditinggalkan, dan saat itu bisnis yang menyertainya pun, Cuci dan Cetak Film Analog semakin berkurang sinarnya.

Saat ini, hanya sedikit mereka yang bertahan masih menggunakan Kamera Analog dalam melakukan pemotretan. Dikhawatirkan, kondisi yang sama menerpa bisnis Kamera Digital jika konvergensi antara Handphone dan Kamera telah lebih jauh lagi menguasai pasar.

Ini adalah konsekuensi setiap unit bisnis yang mengandalkan Teknologi sebagai basis industrinya, selalu akan tertinggal saat teknologi yang baru masuk menggantikan yang lama, pun pula saat konvergensi teknologi ikut menyeruak pula. Maka, tak heran jika sebuah kamera digital akan dilengkapi Wi-Fi, GPS, bahkan untuk Kamera jenis saku akan dilengkapi koneksi GSM…

Para pebisnis yang ada didalamnya harus selalu siap untuk berubah agar bisa bertahan atau mengganti pola bisnis hingga bahkan bisnisnya itu sendiri. Pesaing hanya tinggal waktu datangnya di setiap lini usaha apapun, termasuk Masyarakat (Kasus Krisis Jepang vs China sehingga timbul aksi boikot produk eks. Jepang), Prinsipal (yang turun sendiri ke negara yang dianggap potensial) atau bahkan Pemerintah (dengan berbagai aturan yang menghambat atau bahkan melarang) sekali pun ….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 11 Februari 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Microsoft Office 2013

Microsoft akhirnya menjual secara resmi versi terbaru Microsoft Office 2013 sejak 29 Januari 2013. Tampaknya MS Office 2013 ini untuk mengimbangi Windows 8 dengan fitur “mencubit, menarik atau mendorong”. Dijual dalam berbagai versi, termasuk $99.99 biaya  sewa pakai selama setahun untuk Office 365 Home Premium, Selain itu, MS Office memiliki tiga penawaran untuk pengguna tunggal (Single User) yaitu: Office Home and Student seharga $139.99, Office Home and Business dibanderol $219.99 serta Office Professional dengan harga $399.99.

Beda Office 365 Home Premium dengan versi yang lain adalah, pengguna diperlakukan sebagai penyewa pakai saja, namun bisa menggunakan lisensi hingga lima orang pengguna PC atau Mac sekaligus serta beberapa perangkat Gadget. Sementara versi yang lain adalah dibeli putus untuk satu pengguna saja.

Pada Office 365 Home Premium yang diperuntukkan pengguna rumahan telah diberikan fasilitas Auto Upgrade secara gratis, sementara untuk versi komersial, pengguna diharuskan membeli Office Home and Business atau Office Professional.

Yang perlu dicermati; pada MS Office 2013, Outlook tidak diberikan di Office Home & Student, dan MS Access hanya ada di Office 365 dan Office Professional saja. Selain itu, tampaknya Microsoft hendak menggiring konsumen menjadi penyewa tetapnya dan memberikan banyak fasilitas baru sperti ; SkyDrive +20GB (Cloud storage) untuk sharing dan akses secara virtual dimana saja.

Lalu, diberikan pula fitur untuk pengguna bisa mengatur sedemikian rupa berbagai kebutuhan sesuai kehendak melalui Internet dan biaya komunikasi gratis lewat penggilan Skype selama enam puluh menit setiap bulan pada  lebih dari empat puluh negara di dunia.

Fitur menarik dari Video presentasi Office 2013 adalah, penggabungan aplikasi grafis kedalam perangkat lunak Office 2013 secara tradisional atau pun “mencubit, menarik atau mendorong” ala Windows 8.

Problem utama pada pengguna awal perangkat dengan layar sentuh pastilah pada User Interface, kebiasaan lama akan menghambat pengguna pemula “mencubit, menarik atau mendorong”. Live Layout pnn yang menjadi fitur baru yang membuat penguna serasa “melompat-lompat”  dalam melakukan edit. Dan, bagi yang biasa menggunakan “To Do bar” akan menjadi kebingungan saat setting bulan tidak bisa muncul tampilan bulan secara simultan.

Selain itu, tampilan baru Outlook tampaknya justru lebih menarik karena detail yang lengkap, demikian pula untuk “mengintip” tampilan dan saat akan berkreasi layaknya menggunakan Microsoft Publisher di Word atau Excel, dengan “mencubit, menarik atau mendorong” apapun. Fitur lainnya, OneNote yang mampu memberikan pembedaan pada masing-masing kerja saat sebuah tim bersama-sama memperbaiki file yang sama.

Dari strategi baru pemasaran produk Microsoft Office, tampaknya Microsoft akan memakai cara sewa pakai yang selama ini digunakan dalam MOU dengan berbagai kampus yang sering disebut “Campus Agreement”. Pengguna diberi tawaran menggiurkan dengan harga cenderung murah, fasilitas banyak dan bisa dipantau keberadaan dan penggunaannya.

Kedepan, tak akan heran jika semua produk Microsoft akan memakai cara “Sewa pakai” tersebut dalam pemasaran berbagai macam produknya. Dan, jangan-jangan didalam perjanjian pemakaian tersebut, tersembunyi klausul dengan huruf nyaris tak terbaca, “Microsoft berhak untuk ……”   ***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 4 Februari 2013, Halaman 16.  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

CES 2013 (2)

Dari semua kehebohan di CES 2013, tampaknya panggung SAMSUNG paling membahana dengan hadirnya mantan Presiden Amerika, Bill Clinton,  Konon, Mantan Presiden Bill Clinton memperoleh bayaran sebesar $ 500.000 untuk berbicara tentang manfaat dari teknologi bagi negara berkembang. Perbankan melalui telepon seluler di Haiti, media sosial dan musim semi Arab serta pemanasan global sampai isue senjata sebagai masalah kekerasan di Amerika.

Tampaknya Samsung ingin memberikan sentuhan yang berbeda dengan membawa Clinton sebagai Keynote Speaker di panggung acara. Samsung mengusung thema kemanusiaan untuk memperkuat presentasi pendukung, dan bukan sekedar spesifikasi terbaru saja.

Tidak hanya Bill Clinton,, CEO Microsoft, Steve Ballmer naik panggung di CES 2013 untuk bercerita tentang Qualcomm dan kemitraannya dengan  Microsoft, Qualcomm membutuhkan ajang pameran CES ini untuk mempromosikan processornya yang terbaru.

Big Bird Sesame Street pun ikut unjuk kebolehannya sebagai salah satu aplikasi yang berjalan dengan Snapdragon 800 dari Qualcomm, dimana  Snapdragon 800 dikatakan mampu menghemat 75 persen konsumsi baterai dan mampu mendukung Video HD Ultra 4K pada ponsel dan komputer. Sebagai illustrasi, Video HD Ultra 4K ini adalah setara dengan Camcoder Proffesional seperti  Camcoder C Series keluaran Canon.

Selain mendukung resolusi tinggi dan multi-channel HD Audio, Snapdragon 800 juga memberikan peningkatan kecepatan dalam olah dunia fotografi, serta sebagai Mobile Chipset Ramah lingkungan yang mendukung komunikasi 4G/LTE .

Aktor Hollywood terkemuka, Danny DeVito pun turut hadir di panggung acara pada CES 2013. Dengan gaya santai, Danny mengangkat kursi sendiri di panggung dan berseloroh pada pengunjung, “Apakah anda sudah bisa melihat saya ?” Ketika semua penonton terbahak, dia pun beranjak pergi beberapa saat  sampai tepuk tangan pengunjung membuatnya kembali ke atas panggung dan mengucapkan “Terima kasih banyak!”.

DeVito bercerita tentang penggunaan akun Twitter-nya dengan menggunakan iPhone dan bagaimana ia menggunakan tool seperti Final Cut Pro saat dia bekerja pada film. Dengan sopan  dan melucu dia berhasil memikat pengunjung untuk memahami bagaimana dia bisa memanfaatkan teknologi untuk pembuatan sebuah film. Pada saat menutup acara, DeVito kembali bercanda, semoga para pengunjung CES suka pada dia dan tahun depan bersedia membayarnya kembali di tahun depan.

Salah satu Topik pembicaraan terpopuler di CES adalah Proyek Shield. Proyek Shield  adalah Game Nvidia portabel berbasis Android  dengan layar sentuh 5 Inch (720p dan 294 dpi retina) dan processor Tegra 4. Proyek Shield menggunakan Android Jelly Bean 4.2 dan mampu digunakan tanpa henti selama  lebih dari 20 jam waktu bermain pada game streaming di rumah.

Dari ajang CES, kita belajar bahwa pameran bukan sekedar unjuk kelebihan Teknologi, melainkan juga memerlukan sentuhan emosional manusiawi dengan mendatangkan berbagai Tokoh Utama dan Populer. Ajang pameran Indonesia, bahkan Asia, memang masih jauh dari olah acara seperti itu, masih “berbau” Hard Selling dari pada Soft Selling, dengan asumsi biaya dan kecepatan efektifitas…***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 28 Januari 2013, Halaman 14.  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

CES 2013

Ada yang berbeda dengan CES (Consumer Electronics Show) tahun ini yang diselenggarakan di Las Vegas Convention Center pada 8-11 Januari 2013 yll,  yaitu tidak tampilnya KODAK yang telah dinyatakan bangkrut dan juga SANDISK yang secara mengejutkan absen pada CES 2013 ini pula. SanDisk tampaknya sedang menghemat anggaran karena bisnis flash memori sedang ketat dan SanDisk tampaknya melakukan pergeseran bisnis utamanya.

Didalam CES sendiri sebenarnya tidak hanya alat elektronika yang di pamerkan, karena para produsen kamera juga muncul bersaing dalam preview aneka produk baru mereka. Diantaranya ada Canon’PowerShot N  yang memberikan fitur unik seperti; Fungsi Zoom  dengan menyentuh lingkaran di lensa serta panel  display yang mampu di rotasi vertikal guna memperoleh posisi memotret yang ideal.

Fujifilm X100S juga muncul dengan perbaikan yang banyak seri pendahulunya, X100, seperti Fase deteksi sensor AF dan manual focus.      Muncul juga X20 yang pengganti X10. NIKON sendiri memamerkan 1 J3, generasi terbaru Kamera sistem mirrorless. Seperti V2, J3 memiliki sensor CX 14MP.  Selain J3, NIKON juga membawa serta 1 S1 (10MP seperti J2).

Panasonic tak ketinggalan meluncurkan seri atas kamera kompak ZS30 yang memberikan Near Field Communication (Fitur koneksi Wi-Fi dua perangkat yang berdekatan) ZS30 memiliki fitur resolusi 18MP, 20X Zoom (setara 24-480mm).

Pentax didalam CES membawa MX-1 (12 MP)  kamera kompak high-end yang menggunakan nama produk sama dengan era kamera terpopuler dari Pentax SLR di tahun 1970-an yll.

Polaroid memberikan kejutan di CES dengan membawa mockup (Contoh produk dengan skala 1:1) yang bisa berfungsi dari rencana produksi tiga buah kamera terbaru yang “interchangeable lens” (Lensa dapat diganti seperti pada kamera SLR). Kamera-kamera ini menggunakan sensor didalam lensa yaitu, iM1232W. Juga dikenalkan  iM1836 yang mampu berkomunikasi dengan OS Android.

Sementara itu, NX300 model terbaru dari Samsung yang juga membawa fitur Fase deteksi AF sensor dan  touch screen. Layar OLED pada NX300 mampu dilihat dari sudut kemiringan yang lebih luas.

Di sudut CES lain, Sony berusaha  untuk merebut kembali perhatian publik dan keingan untuk membeli smartphone quad-core terbarunya, Xperia Z yang tahan air (benar-benar tahan air saat Xperia dimasukkan segelas air).

Langkah demonstratif SONY ini semakin menegaskan, bahwa manusia yang memiliki indra penglihatan ini masih membutuhkan suatu demo nyata di sebuah even besars ekali pun, dan semakin menegasakan perlunya ajang pameran sebagai salah satu alat pemasaran yang efektif. Ungkapan “Seeing is believing”, melihat adalah percaya benar-benar diterapkan di ajang pameran mana pun …..***

Bersambung …

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 2013, Halaman 14. Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Memilih

Ketika memasuki tahun 2013 ini, beberapa teman mengirimkan pesan lewat BBM demikian, “Dear Friends, saya pamit ya, mulai hari ini saya tidak menggunakan BB lagi, Please contact me @ xxxxxxxxxx, best regards, xxxxx”.

Saat saya bertanya, kenapa mereka memutuskan untuk “mengakhiri” penggunaan BB ? Mereka pada umumnya berkata, “Lamban, Merepotkan, Membawa dampak buruk secara psikologis, Menjauhkan yang dekat dll.”

Lalu saat saya bertanya, mereka sekarang menggunakan alat komunikasi apa ? Mereka pun mengatakan sebuah Gadget multifungsi merek terkenal lain. Dan mereka lalu mengatakan saat ini menggunakan WhatsApp, YM atau lainnya untuk menggantikan fungsi BBM.

BB memang lamban karena penggunaan Processor yang Jadul tetapi O/S yang boros, maka saya tidak berkomentar soal itu, tetapi saya lalu bertanya tentang apa bedanya memakai BB, YM atau WhatsApp dll. ? Mereka mengatakan dampak buruk lebih terasa di BB dari pada menggunakan yang lain….

Dalam sebuah pertemuan bisnis yang lain, ketika saya tanyakan apakah semua pengguna BB disitu ada yang berganti alat dan meninggalkan BB, tidak saya temukan satu pun diantara mereka yang berniat menghentikan penggunaan BB. Tetapi malah ada yang memakai WhatsApp juga sekaligus YM.

Mereka saya tanya, apakah mengikuti grup diskusi di BB ? Mereka pun menjawab satu atau dua grup mereka ikuti untuk beberapa fokus bisnis dan hobby.

Saya pun kembali bertanya, apakah merasakan dampak buruk dengan menggunakan BB ? Mereka rata-rata mengatakan, “Tidak, malah merasakan dampak positif menggunakan BB untuk hubungan bisnis bisa lebih cepat Broadcast penawaran. Dampak buruk itu jika waktu dan kita dikuasai oleh BB, padahal semestinya kita lah  yang menguasai sebuah alat seperti BB….”

Saya harus mengamini apa yang menjadi pendapat mereka, karena tidak ada satu pun alat yang buruk dampaknya kepada diri kita kalau kita cukup dewasa dalam mensikapi dan menggunakan secara bijak berbagai perangkat yang ada.

Mau menggunakan BB, iPhone, Samsung atau Tablet seri apapun jika kita tidak mampu mengendalikan sesuai kebutuhan dan waktu serta lingkungan; mau Facebook, Twitter, BBM, YM, WhatsApp dll. Tetap saja akan berdampak buruk.

Mari kembalikan fungsi alat-alat itu sebagai Alat yang membantu dan bukan memperbudak diri kita, alat untuk berkomunikasi dan bukan untuk menjauhkan orang-orang yang hadir di sekitar kita.

Lebih penting berbicara dengan orang yang ada dihadapan kita dari pada meninggalkannya untuk berbicara lewat Facebook, Twitter, BBM, YM, WhatsApp dll. Tidak ada satu alat pun yang berdampak buruk kalau bijak dalam cara menggunakannya. Karena walau kita hanya memakai HP Jadul sekali pun jika tidak bijak cara memakainya tetap saja akan berdampak buruk ….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 14 Januari 2013, Halaman 14.  Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL

Thomas Peterffy

Barangkali tidak banyak yang kenal nama Thomas Peterffy. Thomas Peterffy kelahiran 1944 di Budapest, Hungaria, merupakan Wirausaha penemu dan pimpinan Interactive Brokers (Nasdaq: IBKR) dan merupakan salah satu pelaku utama dari Boston Options Exchange. Peterffy bekerja sebagai Tukang gambar Arsitek diawal profesi setelah lolos dari Imigrasi Amerika tahun 1965. Dia kemudian menjadi programmer komputer pada era 1970an di Wall Street serta memimpikan bahwa perdagangan saham akan lebih berkembang jika memakai sistim komputerisasi, Peterffy kemudian berkarya di American Stock Exchange dalam pembangunan sistem electronic trading of securities.

Peterffy kemudian meninggalkan karir programmer dan masuk ke American Stock Exchange di tahun 1977. Selama kariernya, ia secara konsisten menggantikan proses manual dengan otomatisasi yang efisien. Peterffy menerapkan model ide trading yang terkomputerisasi dan mengenalkan komputer jinjing ke lantai perdagangan di tahun 1983, sesuatu yang belum lazim saat itu, karena semua pialang masih menggunakan komunikasi Radio. Dengan komputer itu, Peterffy mengembangkan bisnisnya menjadi broker interaktif.

Thomas Peterffy oleh FORBES dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 59 di Amerika Serikat dan nomor  189 di dunia pada September  2012 yll.  Peterffy Memiliki kekayaan US $ 4.6 Milliar. Semua itu berkat terobosan yang dia lakukan di lantai bursa.

Sebagai penggagas pertama sistim transaksi elektronik, Peterffy harus bertempur melawan teknologi komunikasi yang mendominasi bursa saat itu. Berkat kerja kerasnya, transaksi On-Line pun mampu dilaksanakan di lantai bursa melalui anak usahanya, Timber Hill, yang mampu memeberikan info harga setiap saat berkat komputer jinjing yang dibawa ke lantai bursa, sementara pesaing hanya mampu memberi info dua kali sehari saja.

Gagasan visioner Peterffy seperti juga pemilik berbagai gagasan visioner lainnya di dunia memang bukan sesuatu yang mulus dilaksanakan di awal, tetapi berkat seluruh ketekunan dan perjuangan tanpa henti mengenalkan ide dan sistim yang dimiliki, akhirnya membuat seluruh bursa saham dunia mengadopsi sistim yang dimiliki oleh Timber Hill tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Mary Ann Burns (Futures Industry), Peterffy bercerita tentang tiga hal yang membuat Interactive Brokers Group (IBG) miliknya bisa maju ; Pertama, dengan pemutakhiran Teknologi membuat pelanggan IBG bisa meminimalisasi resiko. Kedua, Otomatisasi pemesanan dan pelaporan membuat Efisiensi beban biaya IBG dan menekan biaya tenaga kerja. Salah satu terobosan Peterffy yang luar biasa adalah berani mengganti Platform SUN yang mendominasi platform komputasi dunia menjadi platform LINUX yang biayanya jauh lebih rendah.

Ketiga, penyediaan Rekening dan Account SM Universal membuat pelanggan mampu mengontrol sendiri seluruh Porto Folio yang dimiliki melalui sistim On Line yang terkoneksi ke Pasar Saham dan Bursa Berjangka..

Era komputerisasi dan digitalisasi  sekali lagi membuat contoh nyata tentang keberhasilan pelaku yang ada didalamnya dan berani melakukan implementasi. Peterffy salah satunya yang mampu menjalankan seluruh idenya walau melalui jalan berliku. Timber Hill LLC pun tidak serta merta menjalankan sistim komputasi diawal pendiriannya, masih mengadopsi teknologi radio seperti transaksi umum saat itu, tetapi dengan membawa komputer jinjing sebagai perangkat tak biasa serta sistim yang mengubah pola bekerja, membuat Timber Hill (Peterffy) menjadi sukses dimasa kini . …….***

Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 7 Januari 2013, Halaman 14. Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL