Dua bank asal Timur Tengah yang menjadi korban pencurian oleh Kelompok Hacker sebesar total 45 Juta Dollar melalui ATM di 27 Negara (KR, Pojok Digital 27 Mei 2013 Hal.16), yaitu Rakbank di Uni Emirat Arab dan Bank of Muscat di Oman enggan memberi komentar soal peristiwa ini. Sedangkan MasterCard mengatakan akan bekerjasama dalam investigasi ini dan menekankan sistemnya tidak terlibat bekerjasama dalam aksi ini.
Pada akhir Februari lalu, Bank Muscat menyatakan akan membayar kerugian OMR 15 juta (US$ 39 juta), karena bobolnya 12 kartu debit. Biaya tersebut lebih dari setengah laba Bank Muscat sebesar OMR 25 juta perkuartal pertama 2013 lalu. Para ahli cyber crime memperkirakan, jaringan ini mempekerjakan ratusan orang, beberapa antaranya peretas yang ahli di sistem finansial Mereka mencari titik lemah untuk memasuki jaringan luas. Grup ini memilih bank di Timur Tengalt yang tidak mencampuri urusan keluar-masuk uang nasabah terlalu ketat.
Lynch (Jaksa penuntut umum AS Distrik Timur New York, Loretta Lynch) mengatakan, porsi jaringan di New York hanya sekitar 20%. Mereka mencairkan uang jarahan sebagai uang kas dan sebagian disimpan di berbagai Rekening bank. Sebaglan lagi dibelanjakan barang mewah seperti Jam Rolex dan SUV Mercedes Benz.
Bagaimana dengan Indonesia ? Kasus terakhir di Indonesia yang menghebohkan seperti dilaporkan TEMPO 19 Maret 2013 adalah pencurian Sejumlah data nasabah kartu kredit maupun debit dari berbagai bank saat bertransaksi di gerai The Body Shop Indonesia. Data curian tersebut digunakan untuk membuat kartu duplikat yang ditransaksikan di Meksiko dan Amerika Serikat.
Modusnya adalah, saat transaksi, kartu nasabah dilakukan swipe ulang setelah transaksi dengan chip di mesin EDC. Pada swipe kedua, data yang terekam dari kartu kredit adalah nomor kartu, expiry date, dan Card Verification Value (CVV) berupa 3 angka di bagian belakang kartu kredit adalah untuk kepentingan rekonsiliasi data transaksi melalui EDC dengan pencatatan di sistem cash register. Pada proses swipe inilah pencurian data nasabah terjadi.
Data yang dicuri berasal dari berbagai bank, di antaranya Bank Mandiri dan Bank BCA. Menurut Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, pihaknya menemukan puluhan nasabah kartu kredit dan debit yang datanya dicuri. Adapun transaksi yang dilakukan dengan data curian ini ditaksir hingga ratusan juta rupiah dengan lokasi tidak hanya di Amerika Serikat dan Meksiko, melainkan juga di Filipina, Turki, Malaysia, Thailand, dan India.
Kartu tiruan itu hanya bisa digunakan di negara-negara yang menggunakan sistem magnetic stripe. Di Indonesia, ada dua sistem yang digunakan pada kartu kredit, yaitu chip dimana data sudah terenkripsi dan magnetic stripe. Penggunaan chip pada kartu kredit bertujuan untuk mengantisipasi tindak kejahatan kartu kredit. Kartu kredit dengan magnetic stripe sudah dilarang digunakan di Indonesia, sedangkan pada kartu debit, penggunaan magnetic stripe ini baru dilarang mulai 1 Januari 2016.
Muncul kemudian rasa khawatir akan adanya resiko bobolnya rekening dan tagihan Kartu Kredit milik nasabah lain. Mereka khawatir suatu ketika akan menjadi giliran korban kawanan Hacker ini.
Untuk itu, saran dari para pakar adalah : Selektif dalam menggunakan Kartu Kredit dalam bertransaksi, Memilih Bank penerbit Kartu Kredit yang terpercaya, berhati-hati dalam mengawasi penggunaan Kartu saat transaksi, mencocokkan setiap tagihan kartu yang datang, Menjaga rahasia CCV dan tidak menjawab sembarang telepon/email yang mengatakan survei dari Bank penerbit Kartu atau tawaran kredit serta produk menggiurkan ……***
Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 3 Juni 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL
Sumber :
http://www.memobee.com/akhirnya-terungkap-pembobolan-bank-dengan-modus-canggih-9050-eij.html
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/19/087467917/Data-Kartu-Kredit-Ini-Dicuri-untuk-Belanja-di-AS
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/087469205/Visa-Investigasi-Pencurian-Data-Kartu-Kredit
Tinggalkan komentar