Ketika CANON meluncurkan produk kamera terbaru EOS 100D dan EOS 700D pada 21 Maret 2012 di New York, masyarakat penggemar dan Proffesional Fotografi terperangah dengan ukuran fisik kamera dengan DSLR EOS 100D tersebut (KR, Pojok Digital, 25 Maret 2013).
Ukuran yang Compact dan tetap mengusung system APSC serta semua spesifikasi seperti kamera SLR pada umumnya, EOS 100D memang seolah menjawab semua keinginan para pengguna EOS M (Mirrorless), karena saat ini yang terlihat adalah masih banyaknya pengguna EOS M masih menghendaki Converter Lensa guna memakai berbagai jenis Lensa dari kamera SLR yang umumnya sudah banyak dimiliki.
Orang lalu berspekulasi, bahwa era MLC (Mirrorless Camera) akan berakhir secepat Advanced Photo System (APS) dahulu berakhir. APS sendiri berumur sangat pendek, dikenalkan tahun 1996, APS tidak pernah mengalami masa keemasan. Tahun 2004 Eastman KODAK sebagai salah satu pemrakarsa akhirnya menghentikan secara total dukungan untuk APS sejalan dengan berkembangnya DSLR.
Pangsa pasar Kamera Mirrorless sendiri menurut www.mirrorlessrumors.com pada 2012 sudah mencapai 40% berbanding 60% untuk DSLR di Negara Jepang. Tetapi diberbagai belahan dunia lainnya masih tertinggal jauh dengan kamera DSLR konvensional.
Namun demikian, ketertinggalan itu disikapi berbeda di setiap perusahaan; Lihatlah SONY dan Panasonic yang terus mengejar dengan mengadakan acara besar peluncuran kamera terbarunya di London pada 27 Juni 2013. SONY mengusung seri RX1R (tanpa AA filter) dan RX100MII (hots show, tilting screen, wifi dan sensor 20MP Exmor). Sementara Panasonic mengumumkan produk barunya berupa Lensa “Pancake” 20mm f/1.7 II MFT.
Dua hari sebelumnya, President FUJIFILM Corporation, Shigehiro Nakajima mengabarkan, hadirnya Fujifilm X-M1 yang dibanderol seharga USD 700, dan akan mulai didistribusikan untuk umum pada 29 Juli 2013 yad. Sekaligus mengumumkan hadirnya FUJIFILM X-Pro1 dan X-E1 compact system (FUJIFILM X-Pro1 Ver.2.05, FUJIFILM X-E1 Ver.1.06) – (http://www.mirrorlessrumors.com/ dan http://www.fujifilm.com/support/digital_cameras/software/)
Melihat begitu kuatnya perkembangan kamera Mirrorless, muncul pertanyaan, Manakah yang akan menang dalam persaingan merebut hati para pengguna kamera ? Mirrorless Camera (MLC) atau DSLR ? Asal anda tahu, MLC bukanlah kamera khusus atau kamera yang sama dengan DSLR, MLC adalah DSLR yang dibuang cermin (mirror)-nya sehingga disebut ”tanpa cermin” alias Mirrorless saja.
Di era fotografi film, cermin itu wajib ada, sebab itulah komunikasi antara obyek dengan mata fotografer. Di dunia fotografi digital, cermin itu bisa tidak diperlukan lagi karena sensor kamera (pengganti film) bisa langsung mengirimkan visualisasi gambar kepada fotografer baik ke layar LCD maupun ke Viewfinder elektronik.
Sistem MLC akhirnya meleburkan dua sistem sekaligus, yaitu DSLR dan Range Finder Camera (RFC). Leica seri M, yang termasuk RFC, setelah memasuki sistem digital, akhirnya menjadi sama dengan MLC yang lain.
Melihat perkembangan MLC, tampaknya era MLC tidak akan lenyap secepat APS dahulu. Lihat saja berbagai merek ternama telah memiliki MLC, termasuk CANON yang akhir tahun 2012 akhirnya turut meluncurkan MLC melalui seri EOS M.
Jadi, walau pun EOS 100D/Rebel SL1, yang di klaim sebagai Kamera DSLR terkecil dan teringan di dunia diprediksi akan mengurangi pangsa pasar Kamera Mirrorless, juga walaupun perkembangan yang tak begitu menggembirakan dari penjualan kamera Mirrorless semua merek, kamera jenis Mirrorless diprediksi akan mampu bertahan cukup lama, minimal tidak akan sesingkat Era APS dahulu ….***
Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL
Tinggalkan komentar