Bisnis kamera digital diramalkan berbagai pengamat akan menuju ketitik nadir jika tidak menemukan format baru. Dari berbagai laporan keuangan industri kamera, tahun 2013 industri kamera digital mengalami penurunan pendapatan paling besar dalam satu dasa warsa terakhir. NIKON Corp. bahkan sudah memotong harga hampir semua produknya supaya menarik kembali minat membeli produk NIKON.
Langkah ini mestinya akan mulai mendorong berbagai produsen yang lebih kecil untuk ikut menurunkan harga kamera produksi mereka. Banyak pengamat mengatakan, bahwa sejak 2007 saat iPhone dikenalkan, lonceng kematian bisnis kamera saku akan segera tamat. Saham Nikon di tahun 2013 bahkan menjadi saham yang paling buruk di index bursa Nikkei 225, dengan penurunan harga mencapai 34%.
Walau sampai hari ini Indonesia tetap eksis, tapi nampak bahwa penjualan kamera saku terus menurun karena ponsel pintar semakin menggantikan peran kamera saku yang merupakan pangsa pasar terbesar dari bisnis kamera. Pada kamera SLR, dimana dua produsen (NIKON & CANON) menguasai pangsa pasar dunia sebesar 80%, penurunan pertumbuhan juga terus terjadi.
Morgan Stanley Securities Co. memprediksi penjualan kamera digital di tahun 2013 ini akan mengalami penyusutan sebesar 30% dibandingkan tahun 2012. Kalau membandingkan perkiraan terjual hanya 69 juta buah kamera digital di seluruh dunia dengan penjualan ponsel pintar yang lebih dari 1 milyar unit di tahun yang sama, alangkah memprihatinkan penurunan ini. Penambahan fitur WiFi dan Bluetooth pada kamera baru juga tidak banyak menolong dalam memperlambat laju penurunan penjualan.
Transisi pangsa pasar kamera saku ke ponsel pintar memang mirip saat transisi kamera analog yang menggunakan film digantikan kamera digital. Kisah sedih hancurnya bisnis kamera bisa terlihat dari Konica Minolta Holdings Inc. yang menjual bisnis SLR-nya ke Sony pada tahun 2006 dan beralih ke bisnis perlengkapan kantor. Pentax Corp. yang diakuisisi oleh Hoya Corp pada tahun 2007, bisnis kameranya hanya bertahan 4 tahun sebelum dijual lagi ke Ricoh Co. Dan Eastman Kodak Co. yang adalah penemu fotografi lebih dari seabad yang lalu, bahkan sudah bangkrut.
Pola berpikir masyarakat telah berubah, pun dengan demikian pangsa pasar ikut berubah. Meski orang tahu bahwa kamera pada ponsel pintar tidak akan menghasilkan gambar sebaik kamera digital SLR karena kecilnya ukuran sensor, walau pun pada beberapa model ponsel cerdas yang dilengkapi kemampuan mengganti lensanya. Hanya tingal soal waktu ponsel pintar untuk memperbaiki segala hal kekurangan tersebut
Kris Pujianto Halim, Salah satu DPA Apkomindo DIY bahkan dalam tulisannya di milis anggota yang disadur pada tulisan ini bahkan mengatakan, ”Jika semua ini segera terwujud bukan tidak mungkin bisnis kamera SLR juga akan semakin ditinggalkan karena kira-kira siapa yang berminat membeli kamera SLR yang hanya untuk satu fungsi saja padahal harganya ribuan dolar”.
Kris mengatakan, ”Nikon dan Canon harus segera melakukan diversifikasi, kalau tidak pendapatan mereka akan terus tertekan dengan kanibalisasi ponsel cerdas terhadap bisnis kamera kompak mereka, sementara keuntungan dari bisnis kamera SLR semakin menciut. Keadaan yang tampaknya tidak akan membaik dalam waktu yang singkat”.
Pasar kamera yang berubah merupakan sinyal bahwa sekaranglah waktunya untuk mengambil resiko melakukan suatu hal yang drastis bila ingin mempertahankan struktur pendapatan perusahaan. Perusahaan terkemuka pun harus keluar dari Zona kenyamanan kalau tidak mau segera tergusur oleh perubahan jaman. Perusahaan yang lambat untuk beradaptasi akan tinggal masa lalu, dan hanya kenangan belaka …… ***
Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 21 Oktober 2013, Halaman 16 Kolom DIGITAL – Rubrik DIGITAL
Catatan: Huruf merah tidak terdapat di versi KR
Tinggalkan komentar